Sabtu, 29 Mei 2021

MAKALAH HIPERTENSI

 

   BAB I

PENDAHULUAN

 

1.      LATAR BELAKANG

Hipertensi merupakan resiko morbiditas dan mortalitas premature, yang meningkat sesuai dengan peningkatan tekanan sistolik dan diastolik. Kedaruratan hipertensi terjadi terjadi apabila peningkatan tekanan darah harus diturunkan dalam 1 jam. Peningkatan tekanan darah akut yang mengancam jiwa ini memerlukan penanganan segera dalam perawatan intensif karena dapat menimbulkan kerusakan serius pada organ lain di tubuh.

      Kedaruratan hipertensi terjadi pada penderita dengan hipertensi yang tidak terkontrol atau mereka yang tiba-tiba menghentikan pengobatan. Adanya gagal ventrikel kiri atau disfungsi otak menunjukkan kebutuhan akan perlunya menurunkan tekanan darah segera. Hal ini memerlukan kesigapan perawat dalam menangani perawatannya.

      Mengingat peningkatan tekanan darah yang dapat mengancam jiwa ini maka penyusun tertarik untuk menyusun asuhan keperawatan dengan hipertensi ini.

2.      TUJUAN

A.    Tujuan Umum

Untuk mendapatkan  pemahaman tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Hipertensi.

B.     Tujuan Khusus

1)      Dapat melaksanakan pengkajian pada klien dengan hipertensi.

2)      Dapat menyusun perencanaan keperawatan pada klien dengan hipertensi.

3)      Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan hipertensi.

4)      Dapat melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan pada klien dengan hipertensi.

5)      Dapat mendokumentasikan hasil Asuhan Keperawatan dengan baik dan benar.

 

BAB II

TINJAUAN TEORI

A.    PENGKAJIAN

Definisi

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan siastoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi manula hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastoliknya 90 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal..

 

B.     KLASIFIKASI

Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa berusia 18 tahun keatas.

Kategori

Sistolik, mmHg

Diastolik, mmHg

Normal

Normal tinggi

Hipertensi

Stadium 1 (ringan)

Stadium 2 (sedang)

Stadium 3 (berat)

Stadium 4 (sangat berat)

<130

130-139

 

140-159

160-169

160-209

≥ 210

<85

85-89

 

90-99

100-109

110-119

≥ 120

 

 

 

  1. PATOFISIOLOGI

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatisdi toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai ketakutan dan kecemasan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstroktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstroksi. Medula adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal, mengakibatkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua factor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.   

            Pertimbangan Gerontologis. Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh darah perifer bertangguangjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi arterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer. 

D.    FAKTOR RESIKO

Faktor resiko yang dapat dikendalikan :

1.      Kelebihan berat badan atau obesitas

2.      Kurang aktivitas fisik

3.      Konsumsi tembakau

4.      Diet yang tidak sehat

5.      Konsumsi alcohol berlebihan

6.      Stress

7.      Apnea tidur

8.      Diabetes

Faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan :

1.      Usia

2.      Ras

3.      Riwayat keluarga

 

  1. MANIFESTASI KLINIS

Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapunselain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).

Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala, bila ada, biasanya menunjukkan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai dengan system organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi. Hipertropi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi menhan peningkatan beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azotemia (peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kretinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang termanifestasi sebagai paralysis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan. Pada penderita stroke, dan pada penderita hipertensi disertai serangan iskemia, insiden infark otak mencapai 80%.

 

F.     Tanda dan Gejala

 

                   Gejala

          Tanda

Aktivitas/istirahat

Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.

Frekuensi jantung meningkat,perubahan irama jantung,takipnea.

Sirkulasi

Riwayat hipertensi, arterosklerosis,penyakit jantung coroner, penyakit serebrovaskular.

Kenaikan TD, hipotensi postural,takhikardi,perubahan warna kulit,suhu dingin.

Integritas ego

Riwayat perubahan kepribadian,ansietas,depresi,euphoria,

Faktor stress multiplel.

Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang,pernafasan menghela,peningkatan pola bicara.

Eliminasi

Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu

 

Makanan / cairan

Makanan yang disukai dapat amencakup makanan tinggi garam, lemak, dan kolestrol

Berat badan normal atauobesitas, adanya edema

Neurosensori

Keluhan pusing atau pening ,sakit kepala berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis.

Perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman,perubahan retinal optic.

Nyeri atau ketidaknyamanan

Angina, nyeri yang hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat nyeri abdomen.

 

Pernapasan

Dyspnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dyspnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok.

Distress respirasi atau penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas tambahan, sianosis.

Keamanan

Gangguan koorinasi, cara jalan.

Episode paresthesia, hipotensi postural.

Pembelajaran / penyuluhan

Faktor resiko keluarga : hipertensi, arterosklesrosis, penyakit jantung, diabetes mellitus, fektor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon.

 

 

 

G.    Diagnosis Keperawatan

 

a.       Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia, miokard, hipertropi ventikular.

b.      Nyeri (sakit kepala ) b.d peningkatan tekanan vascular serebral.

c.       Potensial perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung b.d gangguan sirkulasi.

d.      Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang proses penyakit dan merawat diri.

 

H.    Intervensi Keperawatan

 

Diagnosis I      : Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia, miokard, hipertropi ventikular.

 

Tujuan             : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia miokard.

 

Kriteria hasil    : 

a.       Klien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah

b.      Mempertahankan tekanan darah dalam rentang yang dapat diterima

c.       Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil

 

 

                  Mandiri

                   Kolaborasi

Pantau tekanan darah, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan teknik yang tepat

 

Berikan obat-obat sesuai indikasi

Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.

 

Berikan pembatasan cairan dan diet natrium sesuai indikasi

Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.

 

Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.

 

 

Catat edema umum.

 

 

Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman, kurangi aktivitas.

 

 

Pertahankan pembatasan aktivitas, seperti istirahat di tempat tidur atau kursi.

 

Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan.

 

 

Lakukan tindakan yang nyaman, seperti pijatan punggung dan leher.

 

 

Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan.

 

 

Pantau respons terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.

 

 

 

 

 

Diagnosis II    : Nyeri (sakit kepala) b.d peningkatan tekanan vascular serebral.

 

Tujuan             : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan nyeri berkurang.

Kriteria Hasil   : Klien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman.

 

 

                        Mandiri

                       Kolaborasi

Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan.

 

Beri obat analgesic dan sedasi sesuai anjuran dokter.

Meminimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan.

Berikan tindakan menyenangkan sesuai dengan indikasi : seperti kompres es, posisi nyaman, teknik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari kontipasi.

 

Batasi aktivitas.

 

 

Hindari merokok atau mengurangi penggunaan nikotin.

 

 

 

 

Diagnosis III               : Potensial perubahan perfusi jaringan : serebral,

ginjal, jantung b.d gangguan sirkulasi.

 

Tujuan                         : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama

3x24 jam, diharapkan sirkulasi tubuh tidak terganggu.

 

 

 

Kriteria hasil                : a. Klien mendemostrasikan perfusi jaringan yang membaik,seperti ditunjukkan dengan tekanan darah dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala,pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.

                                    b.Keluaran urin 30 ml/menit.

                                    c. Tanda-tanda vital stabil.

 

 

 

 

                    Mandiri

                       Kolaborasi

Pertahankan tirah baring : tinggikan kepala tempat tidur.

 

Pantau elektrolik, BUN (Blood Urea Nitrogen) atau biasa disebut denag urea, dan kreatinin sesuai pesanan.

 

Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan : tidur,duduk dengan pemantau tekanan arteri.

 

Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan.

Amati adanya hipotensi maendadak

 

Ambulasi sesuai kemampuan,hindari kelelahan.

 

 

Ukur masukan dan pengeluaran.

 

 

 

 

Diagnosis IV               : Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang proses penyakit dan merawat diri.

 

Tujuan                         : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama

3x24 jam, diharapkan klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi.

 

Kriteria hasil                : a. Klien mengungkapkan pengetahuan dan keterampilan

penatalaksanaan perawatan dini.

b. Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai pesanan.

 

                        Mandiri

                       Kolaborasi

Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur.

 

Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek samping atau efek toksik.

 

Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress.

 

Diskusikan gejala kekambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter : sakit kepala, pingsan, mual, dan muntah.

 

Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan dokter.

Diskusikan pentingnya mempertahakan berat badan stabil.

 

 

Jelaskan pentingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang diperbolehkan, pembatasan asupan kafein, teh, dan alcohol.

 

Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat.

Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan.

Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai dengan pesanan.

 

 

 

 

I.       EVALUASI DIAGNOSTIK

Riwayat dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh sangat penting. Retina harus diperiksa dan dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengkaji kemungkinan adanya kerusakan organ, seperti ginjal atau jantung, yang dapat disebabkan tingginya tekanan darah. Hipertropi ventrikel kiri dapat dikaji dengan elektrokardiografi, protein dalam urine dapat dideteksi dengan urinalisa. Dapat terjadi ketidakmampuan untuk mengkonsentrasi urin dan peningkatan nitroden urea darah. Pemeriksaan khusus seperti renogram, pielogram intravena, arteriogram retinal, pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin dapat juga dilakukan untuk mengidentifikasi pasien dengan penyakit renovaskuler. Adanya factor resiko lainnya juga harus dikaji dan dievaluasi

 

BAB III

PENUTUP

 

 

A.    Kesimpulan

 

Hipertensi adalah penyakit tidak menular yang cukup berbahaya karena tidak menimbulkan gejala yang spesifik dan secara fisik. Banyak penderita hipertensi yang baru saja menyadari hipertensinya pada 5 tahun terakhir dan didagnosis pada kejadian layanan darurat. Sebagian besar penderita hipertensi tidak rutin mengecek tekanan darahnya walaupun sudah mengetahui komplikasinya secara mendasar. Begitu juga dengan kepatuhan minum obat, banyak penderita hipertensi yang tidak patuh dalam minum obat karena hanya meminum obat disaat timbul gejala. Hal ini menunjukkan kurangnya pemahaman penderita hipertensi terhadap penyakitnya.

 

B.     Saran

 

1.      Bagi pasien hipertensi Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi keperawatan mandiri pasien penderita hipertensi.

 

2.  Bagi perawat Perawat diharapkan dapat mengaplikasikan kombinasi relaksasi nafas dalam dan meditasi dzikir, terhadap penderita hipertensi.

 

3. Bagi ilmu keperawatan

a. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu keperawatan serta merupakan informasi dalam memberikan intervensi mandiri keperawatan dalam menangani pasien penderita hipertensi

b. Hasil penelitian ini juga dapat dimasukkan dalam kurikulum dan diintegrasikan mata ajar KMB.

c. Peran perawat cukup besar untuk membantu penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. Peneliti selanjutnya dapat mengembagkan penelitian ini dengan menambah waktu penelitian lebih dari 15 menit, dan dapat dilakukan pengukuran tekanan darah lebih dari dua kali.


DAFTAR PUSTAKA

 

 

Brunner &Suddarth. 1996. Kepererawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta.

 

Doengoes , Marilin .2002.Rencana Asuhan Keperawatan , Edisi : 3.Jakarta : EGC

 

Dalimartha, S. 2008. Care Your Self Hipertension. Jakarta: Penebar Plus.

 

Worsley, Antony. Diet and Hypertension in the Asia-Pasific Region: a brief review Asia Pasific. Journal of Clinical Nutrition 2001;10-97-102. WHO-ISH. 2003.

 

Hypertension Guideline Committee. Guidelines of the Management of Hypertension. J Hypertension. 2003;21(11): 1983-92.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anatomi fisiologi kulit

  Anatomi fisiologi kulit A.       Antomi kulit 1.       Lapisan Epidermis (kutikel) a.        Stratum Korneum (lapisan tanduk) :   la...