BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Infark
miokard akut mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibart suplai darah
yang tidak adekuat, sehingga aliran darah koroner kurang. Infark miokard akut
adalah nekrosisi miokard akibat aliran darah ke otot jantung targanggu.
Faktor-faktor
yang menyebabkan Acute Myocardial Infarction adalah suplai darah oksigen ke
miokard berkurang (aterosklerosis, spasme,arteritis,stenosis aorta,
insufisiensi jantung, anemia, hipoksemia),curah jantung yang meningkat
(emosi,aktivitas berlebih,hipertiroidisme), dan kebutuhan oksigen miokard
meningkat ( kerusakan miokard, hpertropi miokard,hipertensi diastolik).
Penyebab infark miokard yang jarang adalah penyakit vaskuler inflamasi, emboli
(endokarditis, katup buatan),spasme koroner yang berat (misal setelah
menggunakan kokain), peningkatan viskositas darah serta peningkatan kebutuhan
O2 yang bermakna saat istirahat.
B. RUMUSAN
MASALAH
a.
Apa yang dimaksud Infark miokard akut ?
b.
Bagaimana pengkajian pada pasien Infark miokard akut?
c.
Bagaimana analisa data pada pasien Infark miokard akut?
d.
Bagaimana diagnosa pada pasien Infark miokard akut?
e.
Bagaimana intervensi pada pasien Infark miokard akut?
C. TUJUAN
PENULIS
- Untuk
mengetahui pengertian Infark miokard akut
- Untuk
mengetahui pengkajian pada pasien Infark miokard akut
- Untuk
mengetahui analisa data pada pasien Infark miokard akut
- Untuk
mengetahui diagnosa pada pasien Infark miokard akut
- Untuk
mengetahui intervensi pada pasien Infark miokard akut
BAB II
PEMBAHASAN
TINJAUAN
TEORITIS
A. DEFINISI
Infark miokard akut terjadi ketika
iskemia miokard,yang biasanya timbul sebagai akibat penyakit aterosklerosis
arteri koroner, cukup untuk menghasilkan nekrosis inversibel otot jantung.
(Huan H Gray,dkk,2005).
Infark miokardium mengacu pada
proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat
sehingga aliran darah koroner berkurang (Brunner & Sudarth, 2002).
Infark miocard akut adalah
nekrosis miocard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu. (Suyono, 1999)
Akut Miokard Infark adalah nekroses
miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu. (H.M. Saifoellah Noer,
1996).
Akut Miokard Infark adalah kematian
jaringan Miokard akibat oklusi akut pembuluh darah koroner. (Rumah sakit
Jantung Harapan Kita , 1993).
AMI merupakan kondisi kematian pada
miokard (otot jantung) akibat dari aliran darah ke bagian otot jantung
terhambat.
AMI merupakan penyebab kematian
utama bagi laki-laki dan perempuan di USA. Diperkirakan lebih dari 1 juta orang
menderita infark miokard setiap tahunnya dan lebih dari 600 orang meninggal
akibat penyakit ini. Untungnya saat ini terdapat pengobatan mutakhir bagi heart
attack yang dapat menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan yang
disebabkannya. Pengobatan paling efektive bila dimulai dalam 1 jam dari
permulaan gejala.
B.
ETIOLOGI
AMI terjadi
jika suplai oksigen yang tidak sesuai dengan kebutuhan tidak tertangani dengan
baik sehingga menyebabkab kematian sel-sel jantung tersebut. Beberapa hal yang
menimbulkan gangguan oksigenasi tersebut diantaranya:
1.
Berkurangnya oksigen ke miokard
Menurunnya
suplai oksigen disebabkan oleh tiga faktor, antara lain:
-
Faktor pembuluh darah
Hal ini berkaitan dengan kepatenan kepatenan pembuluh darah sebagai jalan darah
mencapai sel-sel jantung. Beberapa hal yang bisa mengganggu kepatenan pembuluh
darah diantaranya: atherosclerosis, spasme, dan arteritis. Spasme pembuluh
darah bisa juga terjadi pada orang yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung
sebelumnya, dan biasanya dihubungkan dengan beberapa hal antara lain:
(a) mengkonsumsi obat-obatan tertentu
(b) stress emosional atau nyeri
(c) terpapar suhu dingin yang ekstrim
(d) merokok.
-
Faktor Sirkulasi
Sirkulasi berkaitan dengan kelancaran peredaran darah dari jantung keseluruh
tubuh sampai kembali lagi ke jantung. Sehingga hal ini tidak akan lepas dari
factor pemompaan dan volume darah yang dipompakan. Kondisi yang menyebabkan
gangguan pada sirkulasi diantaranya kondisi hipotensi. Stenosis maupun
isufisiensi yang terjadi pada katup-katup jantung (aorta, mitrlalis, maupun
trikuspidalis) menyebabkan menurunnya cardac out put (COP). Penurunan COP yang
diikuti oleh penurunan sirkulasi menyebabkan bebarapa bagian tubuh tidak
tersuplai darah dengan adekuat, termasuk dalam hal ini otot jantung.
-
Faktor Darah
Darah merupakan pengangkut oksigen menuju seluruh bagian tubuh. Jika daya
angkut darah berkurang, maka sebagus apapun jalan (pembuluh darah) dan
pemompaan jantung maka hal tersebut tidak cukup membantu. Hal-hal yang
menyebabkan terganggunya daya angkut darah antara lain: anemia, hipoksemia, dan
polisitemia.
2.
Meningkatnya Kebutuhan Oksigen Tubuh
Pada orang
normal meningkatnya kebutuhan oksigen mampu dikompensasi diantaranya dengan
meningkatkan denyut jantung untuk meningkatkan COP. Akan tetapi jika orang
tersebut telah mengidap penyakit jantung, mekanisme kompensasi justru pada
akhirnya makin memperberat kondisinya karena kebutuhan oksigen semakin
meningkat, sedangkan suplai oksigen tidak bertambah. Oleh karena itu segala
aktivitas yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan oksigen akan memicu
terjadinya infark. Misalnya: aktivtas berlebih, emosi, makan terlalu banyak dan
lain-lain. Hipertropi miokard bisa memicu terjadinya infark karea semakin
banyak sel yang harus disuplai oksigen, sedangkan asupan oksien menurun akibat
dari pemompaan yang tidak efektive.
Faktor
penyebab Akur Miokard Infark (AMI) menurut (kasuari,2002)
1. Suplai
oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor :
Faktor
pembuluh darah :
a.
Aterosklerosis.
b.
Spasme
c.
Arteritis
Faktor
sirkulasi :
a.
Hipotensi
b.
Stenosos aurta
c.
insufisiensi
Faktor darah
:
a.
Anemia
b.
Hipoksemia
c.
polisitemia
2. Curah
jantung yang meningkat :
-
Aktifitas berlebihan
-
Emosi
-
Makan terlalu banyak
-
hypertiroidisme
3. Kebutuhan
oksigen miocard meningkat pada :
-
Kerusakan miocard
-
Hypertropimiocard
-
Hypertensi diastolic
Faktor
Resiko Akut Miokard Infark (AMI)
Secara aris
besar terdapat dua jenis factor resiko bagi setiap orang untuk terkena AMI,
yaitu factor resiko yang bisa dimodifikasi dan factor resiko yang tidak bisa
dimodifikasi
1. Faktor
Resiko Yang Dapat Dimodifikasi. Merupakan factor resiko yang bisa dikendalikan
sehingga dengan intervensi tertentu maka bisa dihilangkan. Yang termasuk dalam
kelompok ini diantaranya:
a. Merokok
Peran rokok dalam penyakit jantung koroner ini antara lain: menimbulkan aterosklerosis; peningkatan trombogenessis dan vasokontriksi; peningkatan tekanan darah; pemicu aritmia jantung, meningkatkan kebutuhan oksigen jantung, dan penurunan kapasitas pengangkutan oksigen. Merokok 20 batang rokok atau lebih dalam sehari bisa meningkatkan resiko 2-3 kali disbanding yang tidak merokok.
b. Konsumsi alcohol
Meskipun ada dasar teori mengenai efek protektif alcohol dosis rendah hingga moderat, dimana ia bisa meningkatkan trombolisis endogen, mengurangi adhesi platelet, dan meningkatkan kadar HDL dalam sirkulasi, akan tetapi semuanya masih controversial. Tidak semua literature mendukung konsep ini, bahkan peningkatan dosis alcohol dikaitkan dengan peningkatan mortalitas cardiovascular karena aritmia, hipertensi sistemik dan kardiomiopati dilatasi.
c. Infeksi
Infeksi Chlamydia pneumoniae , organisme gram negative intraseluler dan penyebab umum penyakit saluran perafasan, tampaknya berhubungan dengan penyakit koroner aterosklerotik
d. Hipertensi sistemik.
Hipertens sistemik menyebabkan meningkatnya after load yang secara tidak langsung akan meningkan beban kerja jantung. Kondisi seperti ini akan memicu hipertropi ventrikel kiri sebagai kompensasi dari meningkatnya after load yang pada akhirnya meningkatan kebutuhan oksigen jantung
e. Obesitas
Terdapat hubungan yang erat antara berat badan, peningkatan tekanan darah, peningkatan kolesterol darah, DM tidak tergantung insulin, dan tingkat aktivitas yang rendah.
. Kurang
olahraga
Aktivitas
aerobic yang teratur akan menurunkan resiko terkena penyakit jantung koroner,
yaitu sebesar 20-40 %.
g. Penyakit
Diabetes
Resiko
terjadinya penyakit jantung koroner pada pasien dengan DM sebesar 2- 4 lebih
tinggi dibandingkan orang biasa. Hal ini berkaitan dengan adanya abnormalitas
metabolisme lipid, obesitas, hipertensi sistemik, peningkatan trombogenesis
(peningkatan tingkat adhesi platelet dan peningkatan trombogenesis).
2. Faktor
resiko Yang Tidak Dapat dimodifikasikan. Merupakan faktor resiko yang tidak
bisa dirubah atau dikendalikan, yaitu diantaranya
a. Usia
Resiko
meningkat pada pria datas 45 tahun dan wanita diatas 55 tahun (umumnnya setelah
menopause)
b. Jenis
Kelamin
Morbiditas
akibat penyakit jantung koroner (PJK)pada laki-laki dua kali lebih besar
dibandingkan pada perempuan, hal ini berkaitan dengan estrogen endogn yang
bersifat protective pada perempuan. Hal ini terbukti insidensi PJK meningkat
dengan cepat dan akhirnya setare dengan laki pada wanita setelah masa menopause
c. Riwayat
Keluarga
Riwayat
anggota keluarga sedarah yang mengalami PJK sebelm usia 70 tahun merupakan
factor resiko independent untuk terjadinya PJK. Agregasi PJK keluarga
menandakan adanya predisposisi genetic pada keadaan ini. Terdapat bukti bahwa
riwayat positif pada keluarga mempengaruhi onset penderita PJK pada keluarga
dekat
d. RAS
Insidensi
kematian akiat PJK pada orang Asia yang tinggal di Inggris lebih tinggi
dibandingkan dengan peduduk local, sedangkan angka yang rendah terdapat pada
RAS apro-karibia
e. Geografi
Tingkat
kematian akibat PJK lebih tinggi di Irlandia Utara, Skotlandia, dan bagian
Inggris Utara dan dapat merefleksikan perbedaan diet, kemurnian air, merokok,
struktur sosio-ekonomi, dan kehidupan urban.
f. Tipe
kepribadian
Tipe
kepribadian A yang memiliki sifat agresif, kompetitif, kasar, sinis, gila
hormat, ambisius, dan gampang marah sangat rentan untuk terkena PJK. Terdapat
hubungan antara stress dengan abnnormalitas metabolisme lipid.
g. Kelas
social
Tingkat
kematian akibat PJK tiga kali lebih tinggi pada pekerja kasar laki-laki
terlatih dibandingkan dengan kelompok pekerja profesi (missal dokter, pengacara
dll). Selain itu frekuensi istri pekerja kasar ternyata 2 kali lebih besar
untuk mengalami kematian dini akibat PJK dibandingkan istri pekerja
professional/non-manual.
Faktor
predisposisi Akut Miokard Infark (AMI) menurut
(kasuari, 2002) :
1. faktor
resiko biologis yang tidak dapat diubah :
- usia lebih
dari 40 tahun
- jenis
kelamin : insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita meningkat setelah
menopause
- hereditas
- Ras :
lebih tinggi insiden pada kulit hitam.
2. Faktor
resiko yang dapat diubah :
a. Mayor :
-
hiperlipidemia
- hipertensi
- Merokok
- Diabetes
- Obesitas
- Diet
tinggi lemak jenuh, kalori
b. Minor:
-
Inaktifitas fisik
- Pola
kepribadian tipe A (emosional, agresif, ambisius, kompetitif).
- Stress
psikologis berlebihan.
C.
PATOFISIOLOGI
AMI terjadi
ketika iskemia yang terjadi berlangsung cukup lama yaitu lebih dari 30-45 menit
sehingga menyebabkan kerusakan seluler yang ireversibel. Bagian jantung yang
terkena infark akan berhenti berkontraksi selamanya. Iskemia yang terjadi
paling banyak disebabkan oleh penyakit arteri koroner / coronary artery disease
(CAD).
Pada
penyakit ini terdapat materi lemak (plaque) yang telah terbentuk dalam beberapa
tahun di dalam lumen arteri koronaria (arteri yang mensuplay darah dan oksigen
pada jantung) Plaque dapat rupture sehingga menyebabkan terbentuknya bekuan
darah pada permukaan plaque. Jika bekuan menjadi cukup besar, maka bisa
menghambat aliran darah baik total maupun sebagian pada arteri koroner.
Terbendungnya aliran darah menghambat darah yang kaya oksigen mencapai bagian
otot jantung yang disuplai oleh arteri tersebut.
Kurangnya
oksigen akan merusak otot jantung. Jika sumbatan itu tidak ditangani dengan
cepat, otot jantung ang rusak itu akan mulai mati. Selain disebabkan oleh
terbentuknya sumbatan oleh plaque ternyata infark juga bisa terjadi pada orang
dengan arteri koroner normal (5%). Diasumsikan bahwa spasme arteri koroner
berperan dalam beberapa kasus ini Spasme yang terjadi bisa dipicu oleh beberapa
hal antara lain: mengkonsumsi obat-obatan tertentu; stress emosional; merokok;
dan paparan suhu dingin yang ekstrim Spasme bisa terjadi pada pembuluh darah
yang mengalami aterosklerotik sehingga bisa menimbulkan oklusi kritis sehingga
bisa menimbulkan infark jika terlambat dalam penangananya.
Letak infark
ditentukan juga oleh letak sumbatan arteri koroner yang mensuplai darah ke
jantung. Terdapat dua arteri koroner besar yaitu arteri koroner kanan dan kiri.
Kemudian arteri koroner kiri bercabang menjadi dua yaitu Desenden Anterior dan
arteri sirkumpeks kiri. Arteri koronaria Desenden Anterior kiri berjalan
melalui bawah anterior dinding ke arah afeks jantung. Bagian ini menyuplai
aliran dua pertiga dari septum intraventrikel, sebagaian besar apeks, dan
ventrikel kiri anterior. Sedangkan cabang sirkumpleks kiri berjalan dari
koroner kiri kearah dinding lateral kiri dan ventrikel kiri. Daerah yang
disuplai meliputi atrium kiri, seluruh dinding posterior, dan sepertiga septum
intraventrikel posterior.Selanjutnya arteri koroner kanan berjalan dari aorta
sisi kanan arteri pulmonal kearah dinding lateral kanan sampai ke posterior
jantung.
Bagian
jantung yang disuplai meliputi: atrium kanan, ventrikel kanan, nodus SA, nodus
AV, septum interventrikel posterior superior, bagian atrium kiri, dan permukaan
diafragmatik ventrikel kiri. Berdasarkan hal diatas maka dapat diketahui jika
infark anterior kemungkinan disebabkan gangguan pada cabang desenden anterior
kiri, sedangkan infark inferior bisa disebabkan oleh lesi pada arteri koroner
kanan. Berdasarkan ketebalan dinding otot jantung yang terkena maka infark bisa
dibedakan menjadi infark transmural dan subendokardial.
Kerusakan
pada seluruh lapisan miokardiom disebut infark transmural, sedangkan jika hanya
mengenai lapisan bagian dalam saja disebut infark subendokardial. Infark
miokardium akan mengurangi fungsi ventrikel karena otot yang nekrosis akan
kehilangan daya kotraksinya begitu pun otot yang mengalami iskemi (disekeliling
daerah infark). Secara fungsional infark miokardium menyebabkan
perubahan-perubahan sebagai berikut: Daya kontraksi menurun; Gerakan dinding
abnormal (daerah yang terkena infark akan menonjol keluar saat yang lain
melakukan kontraksi); Perubahan daya kembang dinding ventrikel; Penurunan
volume sekuncup; Penurunan fraksi ejeksi.
Gangguan
fungsional yang terjadi tergantung pada beberapa factor dibawah ini: Ukuran
infark à jika mencapai 40% bisa menyebabkan syok kardiogenik; Lokasi Infark
à dinding anterior mengurangi fungsi mekanik jantung lebih besar dibandingkan
jika terjadi pada bagian inferior; Sirkulasi kolateral à berkembang sebagai
respon terhadap iskemi kronik dan hiperferfusi regional untuk memperbaiki
aliran darah yang menuju miokardium. Sehingga semakin banyak sirkulasi
kolateral, maka gangguan yang terjadi minimal; Mekanisme kompensasi à bertujuan
untuk mempertahankan curah jantung dan perfusi perifer. Gangguan akan mulai
terasa ketika mekanisme kompensasi jantung tidak berfungsi dengan baik.
D.
MANIFESTASI KLINIS
Tidak semua
serangan mulai secara tiba-tiba disertai nyeri yang sangat parah seperti yang
sering kita lihat pada tayangan TV atau sinema. Tanda dan gejala dari serangan
jantung tiap orang tidak sama. Banyak serangan jantung berjalan lambat sebagai
nyeri ringan atau perasaan tidak nyaman. Bahkan beberapa orang tanpa gejala
sedikitpun (dinamakan silent heart attack). Akan tetapi pada umumnya serangan
AMI ini ditandai oleh beberapa hal berikut
1. Nyeri
Dada
Mayoritas
pasien AMI (90%) datang dengan keluhan nyeri dada. Perbedaan dengan nyeri pada
angina adalah nyer pada AMI lebih panjang yaitu minimal 30 menit, sedangkan
pada angina kurang dari itu. Disamping itu pada angina biasanya nyeri akan
hilang dengan istirahat akan tetapi pada infark tidak.Nyeri dan rasa tertekan
pada dada itu bisa disertai dengan keluarnya keringat dingin atau perasaan
takut. Meskipun AMI memiliki ciri nyeri yang khas yaitu menjalar ke lengan
kiri, bahu, leher sampai ke epigastrium, akan tetapi pada orang tertentu nyeri
yang terasa hanya sedikit. Hal tersebut biasanya terjadi pada manula, atau
penderita DM berkaitan dengan neuropathy. gambaran klinis bisa bervariasi dari
pasien yang datang untuk melakukan pemeriksaan rutin, sampai pada pasien yang
merasa nyeri di substernal yang hebat dan secara cepat berkembang menjadi syok
dan oedem pulmonal, dan ada pula pasien yang baru saja tampak sehat lalu
tiba-tiba meninggal. Serangan infark miokard biasanya akut, dengan rasa sakit
seperti angina,tetapi tidak seperti angina yang biasa, maka disini terdapat
rasa penekanan yang luar biasa pada dada atau perasaan akan datangnya kematian.
Bila pasien sebelumnya pernah mendapat serangan angina ,maka ia tabu bahwa
sesuatu yang berbeda dari serangan angina sebelumnya sedang berlangsung. Juga,
kebalikan dengan angina yang biasa, infark miokard akut terjadi sewaktu pasien
dalam keadaan istirahat ,sering pada jam-jam awal dipagi hari. Nitrogliserin
tidaklah mengurangkan rasa sakitnya yang bisa kemudian menghilang berkurang dan
bisa pula bertahan berjam-jam malahan berhari-hari. Rasa sakitnya adalah diffus
dan bersifat mencekam, mencekik, mencengkeram atau membor. Paling nyata
didaerah subternal, dari mana ia menyebar kedua lengan, kerongkongan atau dagu,
atau abdomen sebelah atas (sehingga ia mirip dengan kolik cholelithiasis,
cholesistitis akut ulkus peptikum akut atau pancreatitis akut). Terdapat
laporan adanya infark miokard tanpa rasa sakit. Namun hila pasien-pasien ini
ditanya secara cermat, mereka biasanya menerangkan adanya gangguan pencernaan
atau rasa benjol didada yang samar-samar yang hanya sedikit menimbulkan rasa
tidak enak/senang. Sekali-sekali pasien akan mengalami rasa napas yang pendek
(seperti orang yang kelelahan) dan bukanya tekanan pada
substernal.Sekali-sekali bisa pula terjadi cekukan/singultus akibat irritasi diapragma
oleh infark dinding inferior. pasien biasanya tetap sadar ,tetapi bisa gelisah,
cemas atau bingung. Syncope adalah jarang, ketidak sadaran akibat iskemi
serebral, sebab cardiac output yang berkurang bisa sekali-sekali terjadi.Bila
pasien-pasien ditanyai secara cermat, mereka sering menyatakan bahwa untuk masa
yang bervariasi sebelum serangan dari hari 1 hingga 2 minggu ) ,rasa sakit
anginanya menjadi lebih parah serta tidak bereaksi baik tidak terhadap
pemberian nitrogliserin atau mereka mulai merasa distres/rasa tidak enak
substernal yang tersamar atau gangguan pencernaan (gejala -gejala permulaan
/ancaman /pertanda). Bila serangan-serangan angina menghebat ini bisa merupakan
petunjuk bahwa ada angina yang tidak stabil (unstable angina) dan bahwasanya
dibutuhkan pengobatan yang lebih agresif.
2. Sesak
Nafas
Sesak nafas
bisa disebabkan oleh peningkatan mendadak tekanan akhir diastolic ventrikel
kiri, disamping itu perasaan cemas bisa menimbulkan hipervenntilasi.Pada infark
yang tanpa gejala nyeri, sesak nafas merupakan tanda adanya disfungsi ventrikel
kiri yang bermakna.
3. Gejala
Gastrointestinal
Peningkatan
aktivitas vagal menyebabkan mual dan muntah, dan biasanya lebih sering pada
infark inferior, dan stimulasi diafragma pada infak inferior juga bisa
menyebabkan cegukan terlebih-lebih apabila diberikan martin untuk rasa
sakitnya.
4. Gejala
LainTermasuk palpitasi, rasa pusing, atau sinkop dari aritmia ventrikel, dan
gejala akibat emboli arteri (misalnya stroke, iskemia ekstrimitas)
5. Bila diperiksa,
pasien sering memperlihatkan wajah pucat bagai abu dengan berkeringat , kulit
yang dingin .walaupun bila tanda-tanda klinis dari syok tidak dijumpai.
6. Nadi biasanya
cepat, kecuali bila ada blok/hambatan AV yang komplit atau inkomplit. Dalam beberapa
jam, kondisi klinis pasien mulai membaik, tetapi demam sering berkembang. Suhu
meninggi untuk beberapa hari, sampai 102 derajat Fahrenheid atau lebih tinggi,
dan kemudian perlahan-lahan turun ,kembali normal pada akhir dari minggu
pertama.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Penegakan
diagnosa serangan jantung berdasarkan
gejala, riwayat kesehatan prbadi dan kelarga, serta hasil test diagnostic.
1.
EKG (Electrocardiogram)
Pada
EKG 12 lead, jaringan iskemik tetapi masih berfungsi akan menmghasilkan
perubahan gelombang T, menyebabkan inervasi saat aliran listrik diarahkan
menjauh dari jaringan iskemik, lebih serius lagi, jaringan iskemik akan
mengubah segmen ST menyebabkan depresi ST. Pada infark, miokard yang mati tidak
mengkonduksi listrik dan gagal untuk repolarisasi secara normal, mengakibatkan
elevasi segmen ST. Saat nekrosis terbentuk, dengan penyembuhan cincin iskemik
disekitar area nekrotik, gelombang Q terbentuk. Area nekrotik adalah jaringan
parut yang tak aktif secara elektrikal, tetapi zona nekrotik akan menggambarkan
perubahan gelombang T saat iskemik terjasi lagi. Pada awal infark miokard,
elevasi ST disertai dengan gelombang T tinggi. Selama berjam-jam atau berhari-hari
berikutnya, gelombang T membalik. Sesuai dengan umur infark miokard, gelombang
Q menetap dan segmen ST kembali normal.
Gambar
spesifik pada rekaman EKG
Daerah infark |
Perubahan EKG |
Anterior |
Elevasi
segmen ST pada lead V3 -V4, perubahan resiprokal (depresi ST) pada lead II, III, aVF. |
Inferior |
Elevasi segmen T
pada lead II, III, aVF, perubahan resiprokal (depresi ST) V1 – V6, I, aVL. |
Lateral |
Elevasi segmen ST
pada I, aVL, V5 – V6. |
Posterior |
Perubahan
resiprokal (depresi ST) pada II, III, aVF, terutama gelombang R pada V1 – V2. |
Ventrikel kanan |
Perubahan
gambaran dinding inferior |
2. Tes Darah
Selama serangan,
sel-sel otot jantung mati dan pecah sehingga protein-protein tertntu keluar
masuk aliran darah
a. LDH (Laktat Dehidrogenisasi) terjadi
pada tahap lanjut infark miokard yaitu setelah 24 jam kemudian mencapai puncak
dalam 3-6 hari. Masih dapat dideteksi sampai dengan 2 minggu.Iso enzim LDH
lebih spesifik dibandingkan CPK-MB akan tetapi penggunaan klinisnya masih kalah
akurat dengan nilai Troponin, terutama Troponin T. Seperti yang kita ketahui
bahwa ternyata isoenzim CPK-MB maupun LDH selain ditemukan pada otot jantung
juga bisa ditemukan pada otot skeletal.
b. Troponin T & I merupakan protein
merupakan tanda paling spesifik cedera otot jantung, terutama Troponin T
(TnT)Tn T sudah terdeteksi 3-4 jam pasca kerusakan miokard dan masih tetap
tinggi dalam serum selama 1-3 minggu.Pengukuran serial enzim jantung diukur
setiap selama tiga hari pertama; peningkatan bermakna jika nilainya 2 kali
batas tertinggi nilai normal.
Pemeriksaan Enzim jantung :
a. CPK-MB/CPK
Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung
meningkat antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48
jam.
b. LDH/HBDH
Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama
untuk kembali normal
c. AST/SGOT
Meningkat ( kurang nyata/khusus ) terjadi dalam
6-12 jam, memuncak dalam 24 jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari.
3. Oronary Angiography Coronary angiography
merupakan pemeriksaan khusus dengan sinar x pada jantung dan pembuluh darah.
Sering dilakukan selama serangan untuk menemukan letak sumbatan pada arteri
koroner. Dokter memasukan kateter melalui arteri pada lengan atau paha menujua
jantung. Prosedur ini dinamakan kateterisasi jantung, yang merupakan bagian
dari angiografi koroner Zat kontras yang terlihat melalui sinar x diinjeksikan
melalui ujung kateter pada aliran darah. Zat kontras itu memingkinkan dokter
dapat mempelajari aliran darah yang melewati pembuluh darah dan jantung Jika
ditemukan sumbatan, tindakan lain yang dinamakan angioplasty, dpat dilakukan
untuk memulihkan aliran darah pada arteri tersebut. Kadang-kadang akan
ditempatkan stent (pipa kecil yang berpori) dalam arteri untuk menjaga arteri
tetap terbuka.
Pemeriksaan Penunjang Lain Akut
Miokard Infark (AMI)
1. EKG
Untuk
mengetahui fungsi jantung : T. Inverted, ST depresi, Q. patologis
2. Enzim
Jantung. CPKMB, LDH, AST
3.
Elektrolit. Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas,
missal hipokalemi, hiperkalemi
4. Sel darah
putih Leukosit ( 10.000 – 20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA
berhubungan dengan proses inflamasi
5. Kecepatan
sedimentasi Meningkat pada ke-2 dan ke-3 setelah AMI , menunjukkan
inflamasi.
6. Kimia
Mungkin normal, tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ akut atau
kronis
7. GDA Dapat
menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis.
8.
Kolesterol atau Trigliserida serum Meningkat, menunjukkan arteriosclerosis
sebagai penyebab AMI.
9. Foto dada
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atau aneurisma
ventrikuler.
10.
Ekokardiogram Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau
dinding ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.
11. Pemeriksaan
pencitraan nuklir a. Talium : mengevaluasi aliran darah miocardia dan status
sel miocardia missal lokasi atau luasnya IMA b. Technetium : terkumpul dalam
sel iskemi di sekitar area nekrotik
12. Pencitraan darah jantung (MUGA) Mengevaluasi
penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding regional dan fraksi
ejeksi (aliran darah)
13. Angiografi koroner Menggambarkan penyempitan
atau sumbatan arteri koroner. Biasanya dilakukan sehubungan dengan pengukuran
tekanan serambi dan mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur
tidak selalu dilakukan pad fase AMI kecuali mendekati bedah jantung angioplasty
atau emergensi.
14. Digital subtraksion angiografi (PSA) Teknik
yang digunakan untuk menggambarkan
15. Nuklear Magnetic Resonance (NMR)
Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung atau katup ventrikel,
lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau infark dan bekuan darah.
16. Tes stress olah raga Menentukan respon
kardiovaskuler terhadap aktifitas atau sering dilakukan sehubungan dengan
pencitraan talium pada fase penyembuhan.
F. KOMPLIKASI
Perluasan infark dan iskemiapasca infark,aritmia
(sinus bradikardi, supraventrikulertakiaritmia,aritmia ventrikular, gangguan
konduksi), disfungsi otot jantung (gagal jantung kiri, hipotensi, dan shock),
infarkventrikel kanan, defek mekanik, ruptur miokard,aneurisma ventrikel
kiri,perikarditis, dan trombus mural.
G. PENATALAKSANAAN
Tujuan dari penanganan pada infark miokard
adalah menghentikan perkembangan serangan jantung, menurunkan beban kerja
jantung (memberikan kesempatan untuk penyembuhan) dan mencegah komplikasi lebih
lanjut.Berikut ini adalah penanganan yang dilakukan pada pasien dengan AMI:
1. Berikan oksigen meskipun kadar oksigen darah normal.
Persediaan oksigen yang melimpah untuk jaringan, dapat menurunkan beban kerja
jantung. Oksigen yang diberikan 5-6 L /menit melalu binasal kanul.
2. Pasang monitor kontinyu EKG segera, karena
aritmia yang mematikan dapat terjadi dalam jam-jam pertama pasca serangan
3. Pasien dalam kondisi bedrest untuk menurunkan
kerja jantung sehingga mencegah kerusakan otot jantung lebih lanjut.
Mengistirahatkan jantung berarti memberikan kesempatan kepada sel-selnya untuk
memulihkan diri
4. Pemasangan IV line untuk memudahkan pemberan
obat-obatan dan nutrisi yang diperlukan. Pada awal-awal serangan pasien tidak
diperbolehkan mendapatkan asupa nutrisi lewat mulut karena akan meningkatkan
kebutuhan tubuh erhadap oksigen sehingga bisa membebani jantung.
5. Pasien yang
dicurigai atau dinyatakan mengalami infark seharusnya mendapatkan aspirin
(antiplatelet) untuk mencegah pembekuan darah. Sedangkan bagi pasien yang
elergi terhadap aspirin dapat diganti dengan clopidogrel.
6. Nitroglycerin dapat diberikan untuk menurunkan
beban kerja jantung dan memperbaiki aliran darah yang melalui arteri koroner.
Nitrogliserin juga dapat membedakan apakah ia Infark atau Angina, pada infark
biasanya nyeri tidak hilang dengan pemberian nitrogliserin.
7. Morphin merupakan antinyeri narkotik paling
poten, akan tetapi sangat mendepresi aktivitas pernafasan, sehingga tdak boleh
digunakan pada pasien dengan riwayat gangguan pernafasan. Sebagai gantinya maka
digunakan petidin
8. Pada prinsipnya jika mendapatkan korban yang
dicurigai mendapatkan serangan jantung, segera hubungi 118 untuk mendapatkan
pertolongan segera. Karena terlambat 1-2 menit saa nyawa korban mungkin tidak
terselamatkan lagi.
Obat-obatan yang digunakan pada pasien dengan
AMI diantaranya:
1. Obat-obatan trombolitik
2. Obat-obatan ini ditujukan untuk memperbaiki
kembali airan darah pembuluh darah koroner, sehingga referfusi dapat mencegah
kerusakan miokard lebih lanjut. Obat-obatan ini digunakan untuk melarutkan
bekuan darah yang menyumbat arteri koroner. Waktu paling efektive pemberiannya
adalah 1 jam stelah timbul gejal pertama dan tidak boleh lebih dari 12 jam
pasca serangan. Selain itu tidak boleh diberikan pada pasien diatas 75 tahun
Contohnya adalah streptokinase
3. Beta Blocker
4. Obat-obatan ini menrunkan beban kerja
jantung. Bisa juga digunakan untuk mengurangi nyeri dada atau ketidaknyamanan
dan juga mencegah serangan jantung tambahan. Beta bloker juga bisa digunakan
untuk memperbaiki aritmia. Terdapat dua jenis yaitu cardioselective
(metoprolol, atenolol, dan acebutol) dan non-cardioselective (propanolol,
pindolol, dan nadolol)
5. Angiotensin-Converting Enzyme (ACE)
Inhibitors Obat-obatan ini menurunkan tekanan darah dan mengurangi cedera pada
otot jantung. Obat ini juga dapat digunakan untuk memperlambat kelemahan pada
otot jantung. Misalnya captropil
6. Obat-obatan antikoagulan Obat- obatan ini
mengencerkan darah dan mencegah pembentukan bekuan darah pada arteri. Missal:
heparin dan enoksaparin.
7. Obat-obatan Antiplatelet Obat-obatan ini
(misal aspirin dan clopidogrel) menghentikan platelet untuk membentuk bekuan
yang tidak diinginkan.
Jika obat-obatan tidak mampu
menangani/menghentikan serangan jantung., maka dpat dilakukan tindakan medis,
yaitu antara lain :
a. Angioplasti
b. Tindakan non-bedah ini dapat dilakukan dengan
membuka arteri koroner yang tersumbat oleh bekuan darah. Selama angioplasty
kateter dengan balon pada ujungnya dimasukan melalui pembuluh darah menuju
arteri koroner yang tersumbat. Kemudian balon dikembangkan untuk mendorong plaq
melawan dinding arteri. Melebarnya bagian dalam arteri akan mengembalikan
aliran darah.Pada angioplasti, dapat diletakan tabung kecil (stent) dalam
arteri yang tersumbat sehingga menjaganya tetap terbuka. Beberapa stent
biasanya dilapisi obat-obatan yang mencegah terjadinya bendungan ulang pada
arteri.
c. CABG (Coronary Artery Bypass Grafting)
Merupakan tindakan pembedahan dimana arteri atau vena diambil dari bagian tubuh
lain kemudian disambungkan untuk membentuk jalan pintas melewati arteri koroner
yang tersumbat. Sehingga menyediakan jalan baru untuk aliran darah yang menuju
sel-sel otot jantung.
d. Setelah pasien kembali ke rumah maka
penanganan tidak berhenti, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan:
e. Mematuhi manajemen terapi lanjutan dirumah
baik berupa obat-obatan maupn mengikuti program rehabilitasi.
f. Melakukan upaya perubahan gaya hidup sehat
yang bertujuan untuk menurunkan kemungkinan kekambuhan, misalnya antara lain:
menghindari merokok, menurunkan BB, merubah dit, dan meningatkan aktivitas fisik.
H. PEMERIKSAAN FISIK
Tampilan Umum
1. Pasien tampak pucat, berkeringat, dan gelisah
akibat aktivitas simpatis berlebihan. Pasien juga tampak sesak. Demam derajat
sedang (< 38 C) bisa timbul setelah 12-24 jam pasca infarkb.
2. Denyut Nadi dan Tekanan Darah Sinus takikardi
(100-120 x/mnt) terjadi pada sepertiga pasien, biasanya akan melambat dengan
pemberian analgesic yang adekuat.Denyut jantung yang rendah mengindikasikan
adanya sinus bradikardi atau blok jantung sebagai komplikasi dari infark. Peningkatan
TD moderat merupakan akibat dari pelepasan kotekolamin.Sedangkan jika terjadi
hipotensi maka hal tersebut merupakan akibat dari aktivitas vagus berlebih,
dehidrasi, infark ventrikel kanan, atau tanda dari syok kardiogenik.
3. Pemeriksaan jantung, terdengar bunyi jantung
S4 dan S3 , atau mur-mur. Bunyi gesekan perikard jarang terdengar hingga hari
ke dua atau ketiga atau lebih lama lagi (hingga 6 minggu) sebagai gambatan dari
sindrom Dressler.
4. Pemeriksaan paru, Ronkhi akhir pernafasan
bisa terdengar, walaupun mungkin tidak terdapat gambaran edema paru pada
radiografi. Jika terdapat edema paru, maka hal itu merupakan komplikasi infark
luas, biasanya anterior.
BAB III
ASUHAN
KEPERAWATAN
J. PENGKAJIAN
1. PENGKAJIAN PRIMER
a. Airways
- Sumbatan atau penumpukan secret
- Wheezing atau krekles
b. Breathing
- Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
- RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler
dangkal
- Ronchi, krekles o Ekspansi dada tidak penuh
- Penggunaan otot bantu nafas
c. Circulation
- Nadi lemah , tidak teratur
- Takikardi
- TD meningkat / menurun
- Edema o Gelisah o Akral dingin
- Kulit pucat, sianosis
- Output urine menurun
2. PENGKAJIAN SEKUNDER
a. Aktifitas
- Gejala : kelemahan, kelelahan, tidak dapat
tidur, pola hidup menetap, jadwal olah raga tidak teratur.
- Tanda : Takikardi,dispnea pada istirahat /
aktifitas
b. Sirkulasi
- Gejala : Riwayat MI sebelumnya, penyakit
arteri koronaria, GJK, masalah TD, DM.
- Tanda : TD dapat normal atau naik/turun.
- Nadi dapat normal, penuh / tak kuat atau lemah
/ kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratur (distritnya)
- Bunyi jantung : bunyi jantung ekstra S3 / S4
mungkin menunjukkan gagal jantung / penurunan kontraktilitas ventrikel.
- Murmur, bila ada menunjukkan gagal
katub/disfungsi otot papiler
- Friksi dicurigai perikarditis § Irama jantung
: dapat teratur/tidak teratur
- Edema : distensi vena jugular, edema dependen
/ perifer, edema umum krekels mungkin ada dengan gagal jantung
- Warna : pucat/ sianosis / kulit abu-abu kuku
datar pada membran mukosa dan bibir.
c. Integritas Ego
- Gejala : menyangkal gejala penting/adanya
kondisi
- Tanda : mendak, menyangkal, cemas, kurang
kontak mata gelisah, marah, perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri
d. Eliminasi
- Tanda : normal/bunyi usus menurun.
e. Makanan / Cairan
- Gejala : mual/kehilangan nafsu makan,
bersendawa, nyeri ulu hati / terbakar, penurunan turgor kulit, kulit kering /
berkeringat
- Tanda : muntah, perubahan berat badan.
f. Higiene
- Tanda/gejala : kesulitan melakukan tugas
perawatan
g. Neurosensori
- Gejala : pusing, berdenyut selama tidur / saat
bangun Tanda : perubahan mental,kelemahan.
h. Nyeri / ketidaknyamanan
- Gejala : nyeri dada yang timbulnya mendadak
- Lokasi : tipikal pada dada anterior,subternal,
prekordia, dapat menyerang ke tangan, rahang wajah.
- Kualitas : menyempit, berat, menetap,
tertekan, seperti dapat dilihat.
- Intensitas : biasanya pada skala 1-5
- Catatan : nyeri mungkin tak ada pada klien
post operasi, dengan DM, hipertensi, lansia.
-Tanda : - Wajah meringis - Perubahan postur
tubuh - Menarik diri, kehilangan kontak mata - Respon otomatik : perubahan
frekuensi / irama jantung, tekanan darah, pernafasan, warna kulit, kelembaban,
kesadaran.
i. Pernafasan
Gejala :
- Dyspnea dengan / tanpa kerja, dyspnea
nokturnal
- Batuk dengan / tanpa sputum
- Riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis
Tanda :
- Peningkatan frekuensi pernafasan
- Sianosis
- Bunyi nafas : bersih/krekels
- Sputum : bersih, merah muda kental
j. Interaksi social
Gejala :
- Stres saat ini contoh kerja, keluarga
- Kesulitan koping dengan stresor yang ada
Tanda :
- Kesulitan istirahat dengan tenang
- Menarik diri dari keluarga
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang bisa muncul diantaranya:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agent cidera
iskhemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri koroner
2. Penurunan cardiac out put berhubungan dengan
Gangguan stroke volume (preload, afterload, kontraktilitas)
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen.
4. Cemas berhubungan dengan nyeri yang
diantisipasi dengan kematian.
5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan.
gangguan mekanisme regulasi
6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
hiperventilasi, kecemasan
7. Kurang pengetahuan tentang penyakit b/d
kurangnya informasi
L. RENCANA KEPERAWATAN
NO |
DIAGNOSA |
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL (NOC) |
INTERVENSI (NIC) |
1 |
Nyeri akut b/d agen injuri
fisik |
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x 24
janm nyeriklien berkurang, dengan kriteria :
|
NIC Pain Management 1. Lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif ( lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,kualitas
dan faktor pesipitasi) 2. Observasi
reaksi non verbal dari ketidaknyamanan 3. Ginakan
teknik komunikasi teraipetik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien 4. Evaluasi
pengalaman nyeri masa lalu 5. Kontrol
lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan 6. Ajarkan
tentang teknik pernafasan / relaksasi 7. Berikan
analgetik untuk menguranggi nyeri 8. Evaluasi
keefektifan kontrol nyeri 9. Anjurkan
klien untuk beristirahat 10. Kolaborasi
dengan dokter jika keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil Analgetic Administration 1. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan
frekuensi 2. Cek riwayat alegi 3. Monitor vital sign sebelumdan sesudah pemberian
analgetik pertama kali 4. Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri
hebat 1.
Evaluasi efektifitas analgetik,
tanda dan gejala (efak samping) |
2 |
Penurunan cardiac output b/d gangguan stroke volume
(preload, afterload, kontraktilitas |
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama 3x 24 jam klien tidak mengalami penurunan
cardiac output, dengan kriteria :
|
NIC Cardiac Care 1. Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi,
durasi) 2. Catat adanya disritmia jantung 3. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac
output 4. Monitor status kardiovaskuler 5. Monitor status pernafasan yang menandakan gagal
jantung 6. Monitor abdomen sebagai indikator penurunan perfusi 7. Monitor balance cairan 8. Monitor adanya perubahan tekanan darah 9. Monitor respon klien terhadap efek pengobatan anti
aritmia 10. Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari
kelelahan 11. Monitor toleransi aktivitas pasien 12. Monitor adanya dispneu, fatigue, takipneu, dan
ortopneu 13. Anjurkan pasien untuk menurunkan stress Vital Sign Monitoring 1. Monitor TD, Nadi, Suhu, dan RR 2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah 3. Monitor vital sign saat pasien berbaring, duduk dan
berdiri 4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan 5. Monitor TD, Nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah
aktivitas 6. Monitor kualitas dari nadi 7. Monitor adanya pulsus paradoksus 8. Monotor adanya pulsus alterans 9. Monitor jumlah dan irama jantung 10. Monitor bunyi jantung 11. Monitor frekuensi dan irama pernafasan 12. Monitor suara paru 13. Monitor pola pernafasan abnormal 14. Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit 15. Monitor sianosis perifer 16. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi, peningkatan sistolik) 17. Identifikasi penyebab dan perubahan vital sign |
3 |
Intoleransi aktivitas b/d
fatigue |
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x 24
jam klien tidak mengalami intoleransi aktivitas, dengan kriteria :
|
NIC Energy Management 1. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan
aktivitas 2. Dorong pasiem untuk mengungkapkan perasaan terhadap
keterbatasan 3. Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan 4. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat 5. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi
secara berlebihan 6. Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas 7. Monitor pola tidur dan lamanya tidur / istirahat
pasien Activity Therapy 1. Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medik dalam
merencanakan program terapi yang tepat. 2. Bantu pasienuntuk mengidentivikasi aktivitas yang
mampu dilakukan 3. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai
dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial 4. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan 5. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek 6. Bantu untuk mengidentivikasi aktivitas yang disukai 1.
Bantu pasien/ keluarga untuk
mengidentivikasi kekurangan dalam beraktivitas |
4 |
Cemas b.d nyeri yang dian-tisipasi dengan kematian. Batasan karakteristik : - Mengkhawatirkan
dampak kematian ter-hadap orang terdekat. - Takut
kehilangan ke-mampuan fisik dan atau mental bila me-ninggal - Nyeri
yang diantisipasi yang berhubungan de-ngan kematian - Kekhawatiran
beban kerja pemberi perawat-an karena sakit termi-nal dan
ketidakmam-puan diri |
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama…X 24 jam, klien mampu mengon-trol cemas
dengan kriteria :
-
Monitor intensitas ce-mas -
Menyisihkan pendahu-luan cemas -
Mengurangi rangsangan lingkungan ketika cemas -
Mencari informasi yang dapat
mengurangi kece-masan -
Membuat strategi ko-ping untuk
mengatasi ketegangan -
Menggunakan strategi koping yang efektif -
Mmenggunakan tehnik relaksasi
untuk mengu-rangi cemas -
Melaporkan lamanya ti-ap episode -
Menunjukkan pemeliha-raan peran -
Memelihara hubungan sosial -
Memelihara konsentrasi -
Melaporkan ketidak-adanya tanggapan pan-caindera -
Tidur yang cukup -
Tidak adanya manifes-tasi
perilaku karena cemas
|
1. . Gunakan
ketenangan dalam pendekatan 2. Kaji perilaku klien yang tidak diduga 3. Identifikasi persepsi klien terhadap ancaman /
situasi 4. Anjurkan klien melakukan tehnik
relaksasi 5. Orientasikan klien / keluarga terhadap prosedur
rutin dan aktivitas yang diharapkan 6. Laporkan adanya kegelisahan, me-nolak, menyangkal
program medis 7. Dengarkan klien dengan penuh perhatian 8. Kuatkan tingkah laku yang tepat 9. Ciptakan suasana yang memudahkan
kepercayaan 10. Dorong / anjurkan klien meng-ungkapkan dengan
kata-kata mengenai perasaan, menanggapi sesuatu, kekha-watiran 11. Identifikasi ketika tingkat cemas
berubah 12. Berikan pengalihan perhatian untuk menurunkan
ketegangan 13. Bantu klien memgidentifikasi situasi yang
mempercepat cemas 14. Awasi rangsangan dengan tepat yang diperlukan klien 15. Berikan bantuan yang tepat pada mekanisme pertahanan 16. Bantu klien mengungkapkan kejadian yang meningkat 17. Tentukan klien membuat keputusan 18. Kelola obat yang dapat mengurangi cemas dengan tepat |
5 |
Kelebihan volume cairan b.d. gangguan mekanisme
regulasi |
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... X
24 jam klien mengalami kese-imbangan cairan dan elek-trolit, dengan kriteria
:
2. Suara paru bersih
|
Fluid Manajemen (4120) 1. Monitor status hidrasi 9kelembaban
membran mukosa, nadi adekuat) 2. Monitor tnada vital 3. Monitor adanya indikasi overload /
retraksi 4. Kaji daerah edema jika ada Fluid
Monitoring (4130) -
Monitor intake/output cairan -
Monitor serum albumin dan protein total -
Monitor RR, HR -
Monitor turgor kulit dan adanya
kehausan -
Monitor warna, kualitas dan BJ
urine |
6 |
Pola nafas tidak efektif
b/d hiperventilasi, kecemasan |
Setelah dilakukan askep selama 3x24 jam pola nafas
klien menjadi efektif, dengan kriteria :
|
NIC Airway Management : 1. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw
thrust bila perlu 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
nafas buatan 4. Pasang mayo bila perlu 5. Lakukan fisioterapi dada 6. Keluarkan secret dengan batuk atau suction 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan 8. Lakukan suction pada mayo 9. Berikan bronkodilator bila perlu 10. Berikan pelembab udara 11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan 12. Monitor espirasi dan status O2 Respiratory Monitoring
|
7 |
Kurang pengetahuan tentang
penyakit b/d kurangnya informasi |
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24
jam pengetahuan klien bertambah tentang penyakit, dengan kriteria :
|
NIC Teaching : disease Process
|
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Akut Miokard Infark (AMI) adalah
nekrosis miokard akibat ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
otot jantung. Penyebab AMI salah satunya adalah trombosis sehubungam dengan
plak ateromatosa yang pecah dan ruptur.
Masalah
keperawatan yang timbul pada AMI adalah ketidakefektifan jalan nafas gangguan
pertukaran gas, di sebabkan oleh suplai darah yang berhenti.perawat melakukan
pengkajian,setelah melakukan pengkajian,perawat menganalisa data yang didapat
dari pengajian tersebut.kemudian didapatkan masalah keperawatan dan tindakan
yang akan dilakukan dalam melakukan perawatan.setelah melakukan tindakan
perawat harus melakukan tindaka akhir yaitu evaluasi.
B. SARAN
Sebagai
perawat diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan komprehensif kepada
pasien penderita Akut Miokard Infark (AMI).perawat juga harus mampu berperan
sebagai pendidik.dalam hal ini melakukan penyuluhan mengenai pentingnya hal-hal
yang dapat memperberat penyakit,hal-hal yang harus dihindari dan bagaimana cara
pengobatan yang baik