Jumat, 30 Oktober 2020

Makalah Pemberian Obat

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu tugas terpenting seorang perawat adalah member obat yang aman dan akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien yang memiliki masalah. Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat. Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila kita memberikan obat tersebut tidak sesuai dengan anjuran yang sebenarnya.

Seorang perawat juga memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan oleh obat yang telah diberikan, memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu klien untuk menggunakannya dengan benar dan berdasarkan pengetahuan.

 

A.2 Rumusan Masalah

a.       Bagaimana prinsip benar obat?

b.      Bagaimana rute pemberian obat?

 

A.3 Tujuan penulisan

a.       Untuk mengetahui prinsip benar obat

b.      Untuk mengetahui rute pemberian obat

 

A.4 Manfaat Penulisan

a.       Memberikan informasi tentang prinsip benar obat

b.      Memberikan informasi tentang rute pemberian obat

 

A.5 Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam menulis makalah ini, yaitu Metode Media Informatika adalah metode dengan mencari data melalui situs-situs internet.

 

 

BAB II

PEMBAHASAN


B.1. PRINSIP BENAR OBAT

Prinsip benar obat ada 6, yaitu:

1.      Benar Pasien

Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya. 

2.      Benar Obat

Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.

Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.

3.      Benar Dosis

Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya berapa ? Ini penting !! karena 1 amp ondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi Anda harus tetap hati-hati dan teliti.

4.      Benar Cara/Rute

Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.

a.       Oral

Adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.

b.      Parenteral

Kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui vena (perset / perinfus).

c.       Topikal

Yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep, losion, krim, spray, tetes mata.

d.      Rektal

Obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk supositoria.

e.        Inhalasi

Yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.

5.      Benar Waktu

Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat. 

6.      Benar Dokumentasi

Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.

 

 

B.2. RUTE PEMBERIAN OBAT

Rute pemberian obat terutama ditentukan oleh sifat dan tujuan dari penggunaan obat sehingga dapat memberikan efek terapi yang tepat. Terdapat 2 rute pemberian obat yang utama, yaitu: enteral dan parenteral.

 

A.    Enteral

1.      Oral

Memberikan suatu obat melalui muut adalah cara pemberian obat yang paling umum tetapi paling bervariasidan memerlukan jalan yang paling rumit untuk mencapai jaringan. Beberapa obat diabsorbsi di lambung; namun, duodenum sering merupakan jalan masuk utama ke sirkulasi sistemik karena permukaan absorbsinya yang lebih besar. Kebanyakan obat diabsorbsi dari saluran cerna dan masuk ke ahti sebelum disebarkan ke sirkulasi umum. Metabolisme langakah pertama oleh usus atau hati membatasi efikasi banyak obat ketika diminum per oral. Minum obat bersamaan dengan makanan dapat mempengaruhi absorbsi. Keberadaan makanan dalam lambung memperlambat waktu pengosongan lambung sehingga obat yang tidak tahan asam, misalnya penisilin menjadi rusak atau tidak diabsorbsi. Oleh karena itu, penisilin ata obat yang tidak tahan asam lainnya dapat dibuat sebagai salut enterik yang dapat melindungi obat dari lingkungan asam dan bisa mencegah iritasi lambung. Hal ini tergantung pada formulasi, pelepasan obat bisa diperpanjang, sehingga menghasilkan preparat lepas lambat.


2.      Sublingual

Penempatan di bawah lidah memungkinkan obat tersebut berdifusi kedalam anyaman kapiler dan karena itu secara langsung masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Pemberian suatu obat dengan rute ini mempunyai keuntungan obat melakukan bypass melewati usus dan hati dan obat tidak diinaktivasi oleh metabolisme.

 

3.      Rektal

 50% aliran darah dari bagian rektum memintas sirkulasi portal; jadi, biotransformasi obat oleh hati dikurangi. Rute sublingual dan rektal mempunyai keuntungan tambahan, yaitu mencegah penghancuran obat oleh enzim usus atau pH rendah di dalam lambung. Rute rektal tersebut juga berguna jika obat menginduksi muntah ketika diberikan secara oral atau jika penderita sering muntah-muntah.

 

B.      Parenteral

Penggunaan parenteral digunakan untuk obat yang absorbsinya buruk melalui saluran cerna, dan untuk obat seperti insulin yang tidak stabil dalam saluran cerna. Pemberian parenteral juga digunakan untuk pengobatan pasien yang tidak sadar dan dalam keadaan yang memerlukan kerja obat yang cepat.

Pemberian parenteral memberikan kontrol paling baik terhadap dosis yang sesungguhnya dimasukkan kedalam tubuh.

 

1.      Intravena (IV)

 suntikan intravena adalah cara pemberian obat parenteral yan sering dilakukan. Untuk obat yang tidak diabsorbsi secara oral, sering tidak ada pilihan. Dengan pemberian IV, obat menghindari saluran cerna dan oleh karena itu menghindari metabolisme first pass oleh hati. Rute ini memberikan suatu efek yang cepat dan kontrol yang baik sekali atas kadar obat dalam sirkulasi. Namun, berbeda dari obat yang terdapat dalam saluran cerna, obat-obat yang disuntukkan tidak dapat diambil kembali seperti emesis atau pengikatan dengan activated charcoal. Suntikan intravena beberapa obat dapat memasukkan bakteri melalui kontaminasi, menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan karena pemberian terlalu cepat obat konsentrasi tinggi ke dalam plasma dan jaringan-jaringan. Oleh karena it, kecepatan infus harus dikontrol dengan hati-hati. Perhatian yang sama juga harus berlaku untuk obat-obat yang disuntikkan secara intra-arteri.

 

2.      Intramuskular (IM)

 obat-obat yang diberikan secara intramuskular dapat berupa larutan dalam air atau preparat depo khusus sering berpa suspensi obat dalam vehikulum non aqua seperti etilenglikol. Absorbsi obat dalam larutan cepat sedangkan absorbsi preparat-preparat depo berlangsung lambat. Setelah vehikulum berdifusi keluar dari otot, obat tersebut mengendap pada tempat suntikan. Kemudian obat melarut perlahan-lahan memberikansuatu dosis sedikit demi sedikit untuk waktu yang lebih lama dengan efek terapetik yang panjang.

 

3.      Subkutan

suntikan subkutan mengurangi resiko yang berhubungan dengan suntikan intravaskular. Contohnya pada sejumlah kecil epinefrin kadang-kadang dikombinasikan dengan suatu obat untuk membatasi area kerjanya. Epinefrin bekerja sebagai vasokonstriktor lokal dan mengurangi pembuangan obat seperti lidokain, dari tempat pemberian. Contoh-contoh lain pemberian obat subkutan meliputi bahan-bahan padat seperti kapsul silastik yang berisikan kontrasepsi levonergestrel yang diimplantasi unutk jangka yang sangat panjang.

 

C.     Lain-lain

1.      Inhalasi

inhalasi memberikan pengiriman obat yang cepat melewati permukaan luas dari saluran nafas dan epitel paru-paru, yang menghasilkan efek hampir sama dengan efek yang dihasilkan oleh pemberian obat secara intravena. Rute ini efektif dan menyenangkan penderita-penderita dengan keluhan pernafasan seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronis karena obat diberikan langsung ke tempat kerja dan efek samping sistemis minimal.

 

2.      Intranasal

Desmopressin diberikan secara intranasal pada pengobatan diabetes insipidus; kalsitonin insipidus; kalsitonin salmon, suatu hormon peptida yang digunakan dalam pengobtana osteoporosis, tersedia dalam bentuk semprot hidung obat narkotik kokain, biasanya digunakan dengan cara mengisap.

 

3.      Intratekal/intraventrikular

Kadang-kadang perlu untuk memberikan obat-obat secara langsung ke dalam cairan serebrospinal, seperti metotreksat pada leukemia limfostik akut.

 

4.      Topikal

Pemberian secara topikal digunakan bila suatu efek lokal obat diinginkan untuk pengobatan. Misalnya, klortrimazol diberikan dalam bentuk krem secara langsung pada kulit dalam pengobatan dermatofitosis dan atropin atropin diteteskan langsung ke dalam mata untuk mendilatasi pupil dan memudahkan pengukuran kelainan refraksi.

 

5.      Transdermal

Rute pemberian ini mencapai efek sistemik dengan pemakaian obat pada kulit, biasanya melalui suatu “transdermal patch”. Kecepatan absorbsi sangat bervariasi tergantun pada sifat-sifat fisik kulit pada tempat pemberian. Cara pemberian obat ini paling sering digunakan untuk pengiriman obat secara lambat, seperti obat antiangina, nitrogliserin.

 

 

BAB III

PENUTUP

 

Simpulan

1.      Prinsip benar obat : benar pasien, benar obat, benar dosis, benar cara/rute, benar waktu,  benar dokumentasi.

2.      Rute pemberian obat: enteral, parenteral, lain-lain.

 

Saran

Demikian makalah yang kami buat, semoga bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan sampaikan kepada penulis.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

http://yoedhasflyingdutchman.blogspot.co.id/2010/04/prinsip-6-enam-benar-dalam-pemberian.html

 

https://muthiaura.wordpress.com/2013/04/23/rute-pemberian-obat/ 

MAKALAH ALKALOSIS METABOLIK

            Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kami semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah Patofisiologi yang berjudul ”Alkalosis Metabolik”

Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan bantuan secara materil dan moril, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat agar makalah ini dapat di selesaikan.

Kelompok kami juga mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pembimbing yang telah membimbing kami, agar kami dapat mengerti tentang bagaimana cara kami menyusun makalah ini. Dosen tersebut yaitu  Ns. Wiwik Sofiah, APP., MKep.  selaku Dosen mata kuliah Patofisiologi, yang telah memberikan tugas mengenai masalah ini sehingga pengetauhan kami dalam penulisan makalah ini semakin bertambah.        

Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan penyusun, makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah . Tak ada gading yang tak retak kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah-makalah selanjutnya.

 


 

          BAB I        

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Alkalosis adalah sebuah kondisi di mana darah dalam tubuh mengandung terlalu banyak basa atau alkali. Kondisi ini dapat terjadi karena kadar asam atau karbondioksida dalam tubuh berkurang, serta terdapat penurunan kadar elektrolit klorida dan kalium dalam tubuh.

Darah dalam tubuh mengandung kadar asam dan basa yang ukurannya ditetapkan melalui pemeriksaan darah dalam skala pH. Keseimbangan kedua zat tersebut diatur dengan baik oleh ginjal dan paru-paru dengan nilai pH normal sekitar 7,4. Kadar pH lebih kecil dari normal menandakan kandungan asam dalam tubuh lebih banyak, sedangkan pH yang lebih besar dari normal menujukkan kandungan basa dalam tubuh lebih banyak.

1.2. Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian dari alkalosis metabolik

2.      Bagaimana Ciri-ciri dari penderita alkalosis metabolik

3.      Bagaimana Penyebab gangguan asam basa

4.      Bagaimana Pengobatan gangguan alkalosis metabolik

5.      Bagaimana pencegahan alkalosis metabolik

 

1.3    Tujuan Masalah                   

1.      Untuk mengetauhi pengertian dari alkalosis metabolik

2.      Untuk mengetauhi ciri-ciri dari penderita alkalosis metabolik

3.      Untuk mengetauhi Penyebab gangguan asam basa

4.      Untuk mengetauhi Pengobatan gangguan alkalosis metabolik

5.      Untuk mengetahui pencegahan alkalosis metabolik

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1 Pengertian Alkalosis Metabolik

Alkalosis metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena tingginya kadar bikarbonat. Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam. Selain itu, dapat juga disebabkan oleh asupan basa yang meningkat. Dehidrasi dan perubahan kadar elektrolit ekstrasel, yang menyebabkan pergeseran dalam elektrolit-elektrolit plasma, dapat menyebabkan alkalosis metabolik. Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut).

Penyebab umum alkalosis metabolik ini adalah muntah berkepanjangan, hipovolemia, penggunaan obat golongan diuretik, dan hipokalemia. Gejala dan tanda-tanda pada kasus yang berat termasuk sakit kepala, lesu, dan tetani. Alkalosis metabolik didiagnosis dengan mengukur elektrolit serum dan kandungan gas dalam darah di arteri. Jika etiologi alkalosis metabolik tidak jelas dari riwayat klinis dan pemeriksaan fisik, termasuk penggunaan narkoba dan adanya hipertensi, maka konsentrasi ion klorida urine dapat diperoleh.

 

2.2 Ciri-Ciri Penderita Alkalosis Metabolik

Penderita alkalosis metabolik umumnya mengalami hipoventilasi, yaitu kondisi ketika penderita bernapas terlalu lambat atau terlalu dangkal. Kondisi ini menyebabkan kadar oksigen dalam darah terlalu sedikit. Sebaliknya, kadar karbondioksida dalam tubuh meningkat.

Hipokalemia atau rendahnya kadar kalium dalam darah, juga sering menyertai alkalosis metabolik. Oleh karena itu, penderita dapat mengalami gejala seperti mudah lelah, nyeri otot, sering buang air kecil (poliuria), dan gangguan irama jantung (aritmia).

Gejala lain pada penderita alkalosis metabolik meliputi kulit atau kuku membiru, sesak napas, kram dan kejang otot, serta mudah marah.

 

2.3 Penyebab Gangguan Keseimbangan Asam Basa

Masing-masing jenis gangguan keseimbangan asam basa, disebabkan oleh kondisi yang berbeda pula. Asidosis respiratorik dan alkalosis respiratorik disebabkan oleh gangguan pada paru-paru. Sedangkan asidosis metabolik dan alkalosis metabolik dipicu oleh masalah pada organ ginjal.

Di bawah ini akan dijelaskan penyebab pada tiap jenis gangguan keseimbangan asam basa.

Alkalosis metabolik terjadi bila tubuh seseorang kekurangan asam atau kelebihan basa. Beberapa hal yang dapat memicu kondisi tersebut adalah:

Muntah berkepanjangan, sehingga menyebabkan tubuh kekurangan elektrolit.

Penggunaan obat diuretik yang berlebihan.

Penyakit kelenjar adrenal.

Penggunaan obat pencahar dan obat maag (antasida).

Diagnosis Gangguan Keseimbangan Asam Basa

 

Ada beberapa metode pemeriksaan untuk mendiagnosis gangguan keseimbangan asam basa, di antaranya adalah:

Analisa gas darah

Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel darah pasien melalui pembuluh darah arteri di pergelangan tangan, lengan, atau selangkangan. Analisa gas darah mengukur sejumlah unsur yang memengaruhi keseimbangan asam basa, meliputi:

pH darah

Tingkat keseimbangan asam basa dinilai normal bila pH darah berada dalam kisaran 7,35 sampai 7,45. Kadar pH yang kurang dari 7,35 dinilai terlalu asam.

Bikarbonat

Bikarbonat adalah zat kimia yang berfungsi menyeimbangkan kadar asam dan basa. Kadar bikarbonat normal berkisar antara 22-28 mEq/L.

Saturasi oksigen

Saturasi oksigen adalah ukuran kadar oksigen yang dibawa oleh hemoglobin di dalam sel darah merah. Nilai saturasi oksigen (SaO2) normal berkisar antara 94-100 persen.

Tekanan parsial oksigen

Tekanan parsial oksigen (PaO2) merupakan ukuran tekanan oksigen yang larut dalam darah. Ukuran ini menentukan seberapa baik oksigen mengalir dari paru-paru ke darah. PaO2 normal berada dalam rentang 75-100 mmHg.

Tekanan parsial karbondioksida

Tekanan parsial karbondioksida (PaCO2) adalah ukuran tekanan CO2 yang larut dalam darah. Ukuran ini menentukan seberapa baik CO2 keluar dari tubuh. Nilai normal PaCO2 berada dalam kisaran 38-42 mmHg.

Tes darah metabolik

Tes darah untuk melihat kelainan metabolik dilakukan dengan mengambil sampel darah pasien melalui pembuluh darah vena di tangan atau lengan. Selain digunakan untuk mengukur kadar pH darah, tes ini juga mengukur sejumlah unsur kimia dalam darah seperti gula darah, protein, kalsium, dan elektrolit.

Pemeriksaan paru-paru

Pada pasien yang diduga mengalami asidosis respiratorik, dokter akan menjalankan Rontgen dada untuk melihat kondisi paru-parunya. Selain Rontgen dada, dokter dapat menjalankan tes fungsi paru seperti spirometri dan plethysmography. Spirometri adalah pemeriksaan untuk mengukur jumlah udara yang dihirup dan dikeluarkan. Sedangkan plethysmography bertujuan mengukur volume udara di dalam paru-paru.

Selain melalui pemeriksaan sampel darah, gangguan keseimbangan asam basa dapat didiagnosis melalui tes urine (urinalisis). Melalui urinalisis, dapat menjadi tanda perubahan kadar asam basa pada pasien.

 

2.4 Pengobatan Gangguan Alkolisis Metabolik

Penanganan alkalosis metabolik tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Pada sejumlah kasus, dokter dapat memberikan beberapa jenis obat di bawah ini:

Diuretik golongan penghambat karbonik anhydrase, seperti acetazolamide.

Diuretik hemat kalium seperti spironolactone.

ACE inhibitor, seperti captopril dan lisinopril.

Kortikosteroid, seperti dexamethasone.

Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti ibuprofen.

 

Komplikasi alkolisis metabolik

seperti halnya asidosis, alkalosis yang tidak ditangani dapat menimbulkan sejumlah komplikasi, yaitu:

  • Gangguan irama jantung (aritmia)
  • Gangguan elektrolit, terutama hipokalemia
  • Koma

2.5 Pencegahan  alkalosis metabolik

Alkalosis dapat dicegah dengan menjaga tubuh tetap terhidrasi, dan menjalani pola makan yang sehat. Memilih makanan bergizi dan tinggi kalium dapat membantu mencegah kekurangan elektrolit. Contoh makanan berkadar kalium tinggi adalah bayam, kacang-kacangan, pisang, dan wortel.

Sedangkan untuk mencegah dehidrasi, disarankan melakukan sejumlah hal berikut:

  • Minum 8-10 gelas air putih perhari.
  • Rutin minum sebelum, saat, dan setelah olahraga.
  • Minum pengganti elektrolit saat sedang menjalani olahraga berat.
  • Hindari minuman berkadar gula tinggi, seperti soda.
  • Batasi minuman berkafein, seperti kopi dan teh.

Khusus untuk alkalosis respiratorik, pencegahan dapat dilakukan dengan menangani penyebab hiperventilasi, seperti stres dan panik. Di antaranya dengan meditasi, latihan pernapasan, atau olahraga rutin.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyebab umum alkalosis metabolik ini adalah muntah berkepanjangan, hipovolemia, penggunaan obat golongan diuretik, dan hipokalemia. Gejala dan tanda-tanda pada kasus yang berat termasuk sakit kepala, lesu, dan tetani. Alkalosis metabolik didiagnosis dengan mengukur elektrolit serum dan kandungan gas dalam darah di arteri. Jika etiologi alkalosis metabolik tidak jelas dari riwayat klinis dan pemeriksaan fisik, termasuk penggunaan narkoba dan adanya hipertensi, maka konsentrasi ion klorida urine dapat diperoleh.



Daftar Pustaka

https://id.wikipedia.org/wiki/Alkalosis_metabolik

https://www.scribd.com/doc/302749317/MAKALAH-Alkalosis-New

https://www.scribd.com/doc/94949042/Alkalosis-Metabolik

Anatomi fisiologi kulit

  Anatomi fisiologi kulit A.       Antomi kulit 1.       Lapisan Epidermis (kutikel) a.        Stratum Korneum (lapisan tanduk) :   la...